17 Mei, Hari Hipertensi Sedunia. Mari kenali kembali dia.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHG. Menurut Joint National Committee (JNC VII) penggolongan hipertensi dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
Normal apabila sistolik < 120 mmHg dan diastolic < 80 mmHg
Pre Hipertensi apabila sistolik 120-139 mmHg dan diastolic / 80-89 mmHg
Hipertensi stadium I apabila sistolik 140-159 mmHg dan diastolic / 90-99 mmHg
Hipertensi stadium II apabila sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolic / ≥ 100 mmHg.
Angka Kejadian Hipertensi.
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, sering dianggap masalah kesehatan orang tua. Namun, data menunjukkan bahwa anak muda di Indonesia juga rentan terhadap kondisi ini. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tensimeter sebesar 10,7% pada kelompok usia 18–24 tahun dan 17,4% pada kelompok 25–34 tahun. Fakta ini mengejutkan, mengingat hipertensi dapat menjadi silent killer tanpa gejala awal yang jelas. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, dengan 90-95% kasus didominasi oleh hipertensi esensial. Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dan studi kohor penyakit tidak menular (PTM) 2011-2021, hipertensi merupakan faktor risiko tertinggi penyebab kematian keempat dengan persentase 10,2%. Data SKI 2023 menunjukkan bahwa 59,1% penyebab disabilitas (melihat, mendengar, berjalan) pada penduduk berusia 15 tahun ke atas adalah penyakit yang didapat, di mana 53,5% penyakit tersebut adalah PTM, terutama hipertensi (22,2%).
Gejala Klinis
Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan alkohol, kafein dan merokok paling tidak 30 menit sebelum penglihatan, transientischemic attacks, deficit sensoris atau motoris
Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak
Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuri
Menutup 80% dari lingkar lengan, dengan sisi terendah
Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio
Pencegahan
Pola pencegahan yang dapat kita lakukan sendiri contohnya seperti:
Olahraga teratur setidaknya mininmal 30 menit setiap hari atau 150 menit per minggu. Olahraga yang dapat dilakukan seperti senam aerobik, jalan atau berlari, bersepeda, serta berenang
Menjaga berat badan ideal dengan menjalani gaya hidup sehat dan mengatur pola makan atau menurunkan berat badan pada kondisi kelebihan berat badan atau obesitas
Pola makan yang sehat dengan konsumsi makanan seimbang, menghindari makanan tinggi garam, lemak jenuh dan kolesterol. Membatasi konsumsi garam tidak melebihi 1 sendok teh per hari. Memperhatikan atau membatasi makanan cepat saji juga perlu dilakukan, karena makanan cepat saji umumnya memiliki kandungan garam yang cukup tinggi
Konsumsi buah – buahan segar, sayuran, ikan, serta penggunaan minyak olive juga disarankan. Konsumsi kopi tanpa gula, teh hijau atau teh hitam juga dapat dilakukan
Menghindari kebiasaan merokok serta paparan terhadap asap rokok
(perokok pasif)
Menghindari konsumsi alkohol.
Kita juga dapat melakukan pengecekan rutin terhadap tekanan darah kita secara mandiri di rumah. Tetapi tetap disarankan untuk kontrol secara rutin ke dokter umum atau dokter spesialis jantung jika memiliki riwayat atau faktor resiko dari hipertensi itu sendiri, karena gejala hipertensi sendiri seperti nyeri kepala, nyeri dada, pusing, sulit bernafas, mual, muntah, penglihatan kabur, irama jantung tidak normal, seringkali kondisi ini dapat muncul ketika tekanan darah sudah mencapai ≥180/≥120 mmHg dan kondisi ini seringkali sudah mengalami komplikasi karena hipertensi itu sendiri, sehingga penting untuk kontrol sebelum gejala muncul.
Pada akhirnya mengapa penting sekali untuk kita mencegah kondisi
Karena kondisi hipertensi sendiri selain menjadi penyebab utama kematian dini, juga memiliki banyak komplikasi yang memiliki tingkat kematian yang cukup tinggi seperti penyakit jantung koroner, serangan jantung, stroke, gagal ginjal kronis, atrial fibrilasi, serta kematian. Dalam mencapai keberhasilan pencegahan hipertensi dan keberhasilan
mengontrol kondisi hipertensi dibutuhkan adanya kerja sama pasien dengan dokter atau kedisiplinan pasien dalam mengatur pola hidup sehat. Lebih baik mencegah sebelum mengobati.
Referensi
1. P2PTM Kemenkes RI, Klasifikasi Hipertensi, publikasi 12 Mei 2018, tersedia dalam http://p2ptm.kemkes.go.id Program Akrabi Tensi Puskesmas Sedayu Yogyakarta
2. Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI jilid II. Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing
3. Williams B, Mancia G, Spiering W, Agabiti Rosei E, Azizi M, Burnier M, et al. 2018 ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension. European Heart Journal. 2018;39(33):3021–104.
4. Erni Astutik, Septa Indra Puspikawati, Desak Made Sintha Kurnia Dewi, Ayik Mirayanti Mandagi, Susy Katikana Sebayang. Prevalence and risk factors of high blood pressure among adults in Banyuwangi coastal communities, Indonesia. Ethiopian
Journal of Health Sciences. 2020;30(6).
5. Hypertension [Internet]. World Health Organization. World Health Organization; 2023 [cited 2023Apr19]. Source
6. Mills KT, Stefanescu A, He J. The Global Epidemiology of Hypertension. Nature Reviews Nephrology. 2020;16(4):223–37.
7. Iqbal AM, Jamal SF. Essential Hypertension. [Updated 2022 Jul4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Source