H

H

HARI KANKER PARU SEDUNIA ; Kanker Pembunuh Nomor 1 di Dunia

 


Oleh ;

Khusnul Syafitri, S.Ked

(Dokter Muda Bagian IKM-IKK-IKP Fakultas Kedokteran-UMI Makassar) 


Setiap tarikan napas adalah simbol kehidupan. Namun, bagi jutaan orang di dunia, terutama mereka yang terkena kanker paru, setiap napas terasa seperti perjuangan. Tepat pada tanggal 1 Agustus, dunia memperingati Hari Kanker Paru Sedunia sebuah momentum penting untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi akibat kanker.


Kanker paru: Pembunuh Diam-Diam

Kanker paru-paru merupakan penyebab utama kematian terkait kanker di seluruh dunia, dengan angka kematian tertinggi baik pada pria maupun wanita. World Health Organization (WHO) mengemukakan merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru, yang bertanggung jawab atas sekitar 85% dari semua kasus. Berdasarkan data statistik dari Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) tahun 2020 angka kejadian kanker paru secara global berada pada peringkat kedua setelah kanker payudara (11,7%) yaitu 11,4%, sedangkan angka kasus baru kanker paru di Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah kanker payudara dan kanker serviks.

Pentingnya mengenali gejala kanker paru stadium dini Kanker paru memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan keterampilan dan sarana yang tidak sederhana, serta memerlukan pendekatan yang erat dan kerja sama multidisiplin. Penemuan kanker paru pada stage dini akan sangat membantu penderita, dan penegakan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik meskipun tidak dapat menyembuhkan penyakitnya. Deteksi kanker lebih awal memungkinkan pemberian tata laksana yang tepat dilakukan sedini mungkin. Deteksi dini adalah tindakan penemuan kasus pada kelompok dengan gejala dengan prosedur diagnostik yang sesuai dengan gejala yang ada.

Gejala yang berkaitan dengan kanker paru di antaranya: batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak napas, leher bengkak, benjolan pada leher, suara serak, berat badan turun dan gejala lainnya. Faktor risiko kanker paru lainnya adalah pajanan radiasi, paparan okupasi terhadap bahan karsinogenik, riwayat kanker pada penderita atau keluarga penderita, dan riwayat penyakit paru seperti penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), tuberkulosis atau penyakit fibrosis paru idiopatik.

Pengaruh Rendahnya Pengetahuan Masyarakat mengenai bahaya merokok Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya merokok memiliki dampak signifikan terhadap meningkatnya risiko kanker paru. Kurangnya pemahaman tentang zat-zat berbahaya dalam rokok, seperti tar, nikotin, dan karbon monoksida, menyebabkan banyak orang merokok tanpa menyadari ancaman jangka panjang bagi kesehatan mereka. Masyarakat yang tidak memahami hubungan langsung antara merokok dan kanker paru cenderung menganggap rokok hanya berdampak ringan atau hanya menyebabkan batuk dan sesak napas, padahal asap rokok mengandung lebih dari 70 zat karsinogenik yang dapat merusak jaringan paru secara bertahap.

 

Rekomendasi dan Solusi

1. Penguatan edukasi gizi melalui posyandu, puskesmas, dan program mengenai pencegahan penyakit kanker paru

2.   Melakukan kampanye kesehatan secara rutin mengenai bahaya merokok, asap rokok, dan polusi udara.

3.    Promosikan pemeriksaan kesehatan rutin bagi kelompok risiko tinggi (misalnya perokok berat usia 40 tahun).

4.       Mengurangi emisi dari kendaraan, industri, dan pembakaran terbuka.

 

Kesimpulan

Kanker paru merupakan penyebab kematian akibat kanker tertinggi di Indonesia, dengan merokok sebagai faktor risiko utama. Mayoritas kasus terdiagnosis pada stadium lanjut, sehingga angka harapan hidup rendah. Upaya pencegahan melalui edukasi, pengendalian rokok, dan deteksi dini sangat penting untuk menurunkan beban penyakit ini. Karena tingginya insiden dan mortalitas, terdapat minat di seluruh dunia untuk mengembangkan program skrining kanker paru. Sebuah studi penting, Uji Skrining Paru Nasional, menunjukkan penurunan mortalitas secara keseluruhan sebesar 6,7% dengan skrining. Saat ini, skrining kanker paru ditawarkan kepada pria dan wanita berusia 55 tahun ke atas yang telah merokok 30 bungkus per tahun atau lebih, atau telah berhenti merokok kurang dari 15 tahun yang lalu.

 

Daftar Pustaka 

1. Siddiqui F, Vaqar S, Siddiqui AH. Lung Cancer. [Updated 2023 May 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/books/NBK482357/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id &_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

2. Lung Cancer. 2025. World Health Organization (Who

3. KEMENKES. 2023 Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kanker Paru


Subscribe to receive free email updates: